Vamps Addict Café
Intro: The Awesome Voice
Author : Galih Vamps Larc
Editor by : Riezuka773 タカライ
Title : Vamps Addict Café part I (The Awesome Voice)
Genre: Supernatural, Slice of Life, Fantasy, Romance, Comedy, Action
Pairing : Vamps and Admin VAGI
Note : It's just fiction story, if you believe these as reality, then you're just dumb.
INTRO
Suatu sore di sebuah gudang dekat pelabuhan, seorang lelaki yang memakai setelan tuxedo tanpa pita perlahan-lahan terbangun dari peti mati. Dengan tenang dia berdiri di sebelah peti mati tersebut dan menatap sekelilingnya tanpa berkata sedikitpun, semenit kemudian ia memutuskan untuk keluar dari tempat tersebut. Sekeluarnya dia dari gudang itu, sekali lagi dia menatap sekelilingnya, namun yang dia lihat hanyalah pelabuhan yang tidak pernah ada dalam ingatannya. Maka dia pun memutuskan untuk berjalan keluar dari area pelabuhan tersebut.
Selama 5 hari 4 malam dia berjalan melewati dinginnya malam, panasnya terik matahari, serta basahnya hujan. Dan akhirnya pada malam hari dia pun berhenti di depan sebuah café bergaya arsitektur kuno yang menarik perhatiannya.
*
“Pokoknya aku tidak terima semua ini!” Terdengar suara wanita dari dalam café tersebut. Dan wanita yang berteriak itu pun keluar melewati pintu café dan melewati laki-laki yang berdiri menatap café tersebut.
“Hei Lisa-chan, mau pergi ke mana?” Terdengar sapaan seorang lelaki bersetelan kemeja layaknya orang kantoran dari arah perginya wanita yang berteriak tadi. Namun sapaan lelaki tersebut tidak dihiraukan oleh wanita itu.
Tak berapa lama keluar seorang pegawai lelaki café tersebut yang juga berteriak memanggil wanita bernama Lisa tadi. Lelaki berstelan kantor tadipun mendekati pegawai café itu dan berkata, “Yo Owner, ada apa dengan Lisa-chan?”
“Biasa Lih, perbedaan pendapat antar pegawai.”jawab pegawai lelaki itu
“Oohh...ternyata pertengkaran suami-istri toh...hahaha”
“Bisa aja kamu Lih..., ngomong-ngomong baru pulang dari kerja Lih?”
“Iya, biasa habis kerja tidak lupa mampir ke café kurang laku terlebih dahulu...hahaha”
“Kata siapa kurang laku? Belum aja...”
Di tengah percakapan, lelaki berstelan kantoran tersebut menyadari ada seorang lelaki yang dari tadi berdiri saja menatap papan nama café.
“Hei Owner, ada customer baru tuh.” Ujar lelaki berstelan kantoran kepada owner café. Dengan senyuman ala salesman, owner café pun menyapa lelaki yang dari tadi melihat papan nama café, “Selamat datang di VAMPS ADDICT CAFÉ. Kami menyediakan semua yang anda inginkan di sini. Silahkan masuk.”
Lelaki itu menoleh ke arah owner dan sedikit membungkuk layaknya tradisi orang Jepang, lalu berjalan memasuki café tanpa menyapa balik dan diikuti oleh owner berikut lelaki berstelan kantoran.
“Kami menyediakan 2 tipe tempat duduk, yaitu meja keluarga atau meja untuk empat orang dan tempat duduk di dekat meja bar.” Owner menjelaskan sambil berjalan mengikuti lelaki tersebut.
Lelaki tersebut berhenti sejenak melihat keadaan café tersebut, lalu memutuskan duduk di dekat meja bar berjarak 2 kursi dari kursi yang sudah ditempati lelaki berstelan kantoran.
“Hai, nama saya Galih, saya langganan café calon bangkrut ini.” Sapa lelaki berstelan kantoran tadi sambil tersenyum kepada lelaki asing tersebut. Namun lelaki asing tersebut hanya menoleh ke arahnya dan diam.
“Ore wa...”
“Ah... kupikir dia orang sini” Pikir Galih, lalu mengulang ucapannya dengan bahasa Jepang, “Ore wa Galih desu, ah,, gomenasai ore wa sukoshi shika nihongo hanasemasen,, eigo ga wakarimasu ka?”
“Daijobu” jawab lelaki itu seraya mengeluarkan senyuman mautnya "Hai, wakarimashita”
“I’m old customer of this café,, ah,, sorry, anata namae wa?”
“HYDE (Haido) desu...”
“APAAA?!” teriak Galih kaget hingga membuat Owner café ikutan kaget.
“Kenapa Lih?” tanya owner café kepada Galih, karena bingung apa yang membuat Galih kaget.
“Dia bilang, dia sedang datang bulan. Padahal dilihat dari sudut manapun dia itu laki-laki...” Jawab Galih dengan ekspresi seakan kiamat sudah dekat sambil menunjuk Hyde.
Hyde hanya diam dengan pandangan biasa, sedangkan Owner café siap-siap menghajar Galih dengan gelas kosong. (ikutan nimpuk *tuing* huhu..)
“Ampun Owner, aku cuma bercanda, aku tahu dia bilang namanya Hyde (haido) bukan haid...hahaha” Ucap Galih dengan pose siap menangkis lemparan gelas.
“I’m Reinkey one of owner in this café. By the way you’re the first foreigner who come to this café. So let me treat you sir. Please order anything you want from the menu.” Ucap Owner café kepada Hyde.
“Wah..., pelanggaran kamu Owner. Masa Cuma dia doank yang gratis. Buat saya gratis juga donk!” Ketus Galih.
“Minta gratis...toh sekarang aja kamu pasti mau ngutang lagi. Gratis sekarang boleh, asal hutang kamu yang 5 hari kemaren bayar dulu.” Jawab Reinkey sambil membersihkan gelas dengan lap.
“What country is this and what year is now?” Tanya Hyde.
“This is Indonesia and now is 2210, sir” Jawab Reinkey.
“It has been 2210 year, but this country didn’t has much changes. The one that totally has changed is we have lost East Java. Mud has been sinked East Java, because the goverment has been late to handle it.” Galih beropini layaknya orang tua yang tidak puas dengan kinerja pemerintahan, lalu bertanya kepada Reinkey, “Ngomong-ngomong Wahyu dan Zee-chan kemana?”
“Hari ini Wahyu libur, sedangkan Zee saya suruh belanja untuk kebutuhan besok.” Jawab Reinkey, lalu bertanya kembali kepada Hyde sambil tersenyum ala salesman. “So, what’s your order sir?”
Reinkey mangap karena dia bertanya pada kursi kosong. Ternyata Hyde tidak ada di tempat duduknya, melainkan sedang berdiri di depan panggung kecil tempat instrumen musik diletakkan tepat di sebelah meja bar.
*
Prologue
Hyde berdiri menatap panggung kecil tempat instrumen musik diletakkan yang berada di sebelah meja bar VAMPS ADDICT CAFÉ.
“We’ve prepared that for live music, sir.” Kata Reinkey kepada Hyde.
“Panggung oke, alat musik oke, sayangnya sampai sekarang belum ada yang minat main musik di café ini...hahaha” Ujar Galih.
Kemudian terdengar petikan gitar akustik yang membuat Reinkey dan Galih terpana mendengarnya. Hyde duduk di kursi panggung sembari memainkan gitar, lalu mulai bernyanyi.
Selama Hyde memainkan gitar akustik sambil bernyanyi, suara nyanyiannya terdengar sampai ke depan café membuat orang-orang yang lewat café pun berjalan sambil menoleh penasaran ke dalam melalui kaca depan café. Sehingga menyebabkan beberapa orang yang menoleh sambil berjalan menabrak tiang lampu yang berada tepat depan café(dug{@_@}\\). Setelah Hyde menyelesaikan lagu yang dimainkannya, Reinkey dan Galih pun tepuk tangan, lalu terdengar suara benda jatuh dari arah pintu café, yang tidak lain merupakan barang belanjaan pesanan Reinkey kepada Zee.
“KEREEEEENNN!!!” Teriak Zee seraya berlari mendekati panggung dengan mata berbinar layaknya melihat hewan peliharaan yang lucu, lalu memeluk Hyde dan lanjut dengan polosnya berkata kepada Reinkey, “Owner, orang ini buat Zee ya?”
“Hush...sembarangan kamu Zee. Dia itu customer.” Tukas Reinkey.
“Zee-chan..., daripada bawa dia, mendingan bawa...” Ujar Galih kepada Zee. Namun dipotong dengan cepat oleh Zee.
“Nggak mau, Zee nggak suka om-om!” Penolakan Zee langsung membuat Galih seakan ditusuk tombak tepat di jantung.
“By The Way, you’ve awesome voice sir.” Reinkey memuji Hyde sambil tepuk tangan lagi.
“Iya suaranya keren, mirip suara vokalis pada background music yang kadang-kadang diputer olehmu Owner, namanya juga sama,, HYDE...” Kata Galih kepada Reinkey.
“Oh itu lagu band yang sama dengan nama café ini yaitu VAMPS.” Jelas Reinkey mantap.
“Apa mungkin Hyde vokalis band itu?” Tanya Galih kepada Reinkey dengan ekspresi layaknya detektif Conan meng-hipotesa sebuah kasus.
“Tidak mungkin, di info yang aku dapat band VAMPS muncul pada Tahun 2008, band itu vakum pada akhir Tahun 2010 dan enggak tahu kenapa tidak muncul lagi. Informasi 200 tahun lalu sulit didapat, seakan-akan informasi tentang band itu sengaja ditiadakan. Aku saja hanya dapat beberapa lagu dari kenalan di internet dengan kata lain koleksinya tidak komplit.” Jelas Reinkey panjang lebar sambil menatap langit, namun setelah Reinkey menatap sekitar lagi, ternyata Zee sudah hampir keluar café dengan membawa Hyde bersamanya. Sedangkan Galih tidak ada di tempat duduknya karena pergi ke WC.
“Hei Zee, kalau kamu melewati pintu itu, gaji kamu bulan ini nggak bakal dibayar!” Ancam Reinkey kepada Zee yang hampir selangkah lagi keluar café dengan membawa Hyde. Lalu lanjut menunjuk Galih yang baru keluar dari WC dan memarahinya, “Galih, kamu yang nanya tapi kamu nggak denger penjelasanku sampe akhir dan malah pergi ke WC!”
“Jadi kesimpulannya Hyde tidak mungkin vokalis band VAMPS, bukan begitu?” Galih menyimpulkan dengan tenang layaknya detektif Conan yang berhasil menemukan motif pembunuhan seraya duduk di tempat duduknya lagi. Dan Zee pun mengembalikan Hyde ke kursi panggung dengan ekspresi kecewa.
“Benar, karena orang yang berumur 200 tahun lebih tidak mungkin wajahnya semuda wajah Hyde.” Tambah Reinkey.
Tak lama kemudian, Lisa datang bersama dengan 2 orang lelaki kekar berperawakan seperti preman. 2 orang preman tersebut mulai menendang-nendang kursi dan mengacau cafe.
~To Be Continue...~
Suatu sore di sebuah gudang dekat pelabuhan, seorang lelaki yang memakai setelan tuxedo tanpa pita perlahan-lahan terbangun dari peti mati. Dengan tenang dia berdiri di sebelah peti mati tersebut dan menatap sekelilingnya tanpa berkata sedikitpun, semenit kemudian ia memutuskan untuk keluar dari tempat tersebut. Sekeluarnya dia dari gudang itu, sekali lagi dia menatap sekelilingnya, namun yang dia lihat hanyalah pelabuhan yang tidak pernah ada dalam ingatannya. Maka dia pun memutuskan untuk berjalan keluar dari area pelabuhan tersebut.
Selama 5 hari 4 malam dia berjalan melewati dinginnya malam, panasnya terik matahari, serta basahnya hujan. Dan akhirnya pada malam hari dia pun berhenti di depan sebuah café bergaya arsitektur kuno yang menarik perhatiannya.
*
“Pokoknya aku tidak terima semua ini!” Terdengar suara wanita dari dalam café tersebut. Dan wanita yang berteriak itu pun keluar melewati pintu café dan melewati laki-laki yang berdiri menatap café tersebut.
“Hei Lisa-chan, mau pergi ke mana?” Terdengar sapaan seorang lelaki bersetelan kemeja layaknya orang kantoran dari arah perginya wanita yang berteriak tadi. Namun sapaan lelaki tersebut tidak dihiraukan oleh wanita itu.
Tak berapa lama keluar seorang pegawai lelaki café tersebut yang juga berteriak memanggil wanita bernama Lisa tadi. Lelaki berstelan kantor tadipun mendekati pegawai café itu dan berkata, “Yo Owner, ada apa dengan Lisa-chan?”
“Biasa Lih, perbedaan pendapat antar pegawai.”jawab pegawai lelaki itu
“Oohh...ternyata pertengkaran suami-istri toh...hahaha”
“Bisa aja kamu Lih..., ngomong-ngomong baru pulang dari kerja Lih?”
“Iya, biasa habis kerja tidak lupa mampir ke café kurang laku terlebih dahulu...hahaha”
“Kata siapa kurang laku? Belum aja...”
Di tengah percakapan, lelaki berstelan kantoran tersebut menyadari ada seorang lelaki yang dari tadi berdiri saja menatap papan nama café.
“Hei Owner, ada customer baru tuh.” Ujar lelaki berstelan kantoran kepada owner café. Dengan senyuman ala salesman, owner café pun menyapa lelaki yang dari tadi melihat papan nama café, “Selamat datang di VAMPS ADDICT CAFÉ. Kami menyediakan semua yang anda inginkan di sini. Silahkan masuk.”
Lelaki itu menoleh ke arah owner dan sedikit membungkuk layaknya tradisi orang Jepang, lalu berjalan memasuki café tanpa menyapa balik dan diikuti oleh owner berikut lelaki berstelan kantoran.
“Kami menyediakan 2 tipe tempat duduk, yaitu meja keluarga atau meja untuk empat orang dan tempat duduk di dekat meja bar.” Owner menjelaskan sambil berjalan mengikuti lelaki tersebut.
Lelaki tersebut berhenti sejenak melihat keadaan café tersebut, lalu memutuskan duduk di dekat meja bar berjarak 2 kursi dari kursi yang sudah ditempati lelaki berstelan kantoran.
“Hai, nama saya Galih, saya langganan café calon bangkrut ini.” Sapa lelaki berstelan kantoran tadi sambil tersenyum kepada lelaki asing tersebut. Namun lelaki asing tersebut hanya menoleh ke arahnya dan diam.
“Ore wa...”
“Ah... kupikir dia orang sini” Pikir Galih, lalu mengulang ucapannya dengan bahasa Jepang, “Ore wa Galih desu, ah,, gomenasai ore wa sukoshi shika nihongo hanasemasen,, eigo ga wakarimasu ka?”
“Daijobu” jawab lelaki itu seraya mengeluarkan senyuman mautnya "Hai, wakarimashita”
“I’m old customer of this café,, ah,, sorry, anata namae wa?”
“HYDE (Haido) desu...”
“APAAA?!” teriak Galih kaget hingga membuat Owner café ikutan kaget.
“Kenapa Lih?” tanya owner café kepada Galih, karena bingung apa yang membuat Galih kaget.
“Dia bilang, dia sedang datang bulan. Padahal dilihat dari sudut manapun dia itu laki-laki...” Jawab Galih dengan ekspresi seakan kiamat sudah dekat sambil menunjuk Hyde.
Hyde hanya diam dengan pandangan biasa, sedangkan Owner café siap-siap menghajar Galih dengan gelas kosong. (ikutan nimpuk *tuing* huhu..)
“Ampun Owner, aku cuma bercanda, aku tahu dia bilang namanya Hyde (haido) bukan haid...hahaha” Ucap Galih dengan pose siap menangkis lemparan gelas.
“I’m Reinkey one of owner in this café. By the way you’re the first foreigner who come to this café. So let me treat you sir. Please order anything you want from the menu.” Ucap Owner café kepada Hyde.
“Wah..., pelanggaran kamu Owner. Masa Cuma dia doank yang gratis. Buat saya gratis juga donk!” Ketus Galih.
“Minta gratis...toh sekarang aja kamu pasti mau ngutang lagi. Gratis sekarang boleh, asal hutang kamu yang 5 hari kemaren bayar dulu.” Jawab Reinkey sambil membersihkan gelas dengan lap.
“What country is this and what year is now?” Tanya Hyde.
“This is Indonesia and now is 2210, sir” Jawab Reinkey.
“It has been 2210 year, but this country didn’t has much changes. The one that totally has changed is we have lost East Java. Mud has been sinked East Java, because the goverment has been late to handle it.” Galih beropini layaknya orang tua yang tidak puas dengan kinerja pemerintahan, lalu bertanya kepada Reinkey, “Ngomong-ngomong Wahyu dan Zee-chan kemana?”
“Hari ini Wahyu libur, sedangkan Zee saya suruh belanja untuk kebutuhan besok.” Jawab Reinkey, lalu bertanya kembali kepada Hyde sambil tersenyum ala salesman. “So, what’s your order sir?”
Reinkey mangap karena dia bertanya pada kursi kosong. Ternyata Hyde tidak ada di tempat duduknya, melainkan sedang berdiri di depan panggung kecil tempat instrumen musik diletakkan tepat di sebelah meja bar.
*
Prologue
Hyde berdiri menatap panggung kecil tempat instrumen musik diletakkan yang berada di sebelah meja bar VAMPS ADDICT CAFÉ.
“We’ve prepared that for live music, sir.” Kata Reinkey kepada Hyde.
“Panggung oke, alat musik oke, sayangnya sampai sekarang belum ada yang minat main musik di café ini...hahaha” Ujar Galih.
Kemudian terdengar petikan gitar akustik yang membuat Reinkey dan Galih terpana mendengarnya. Hyde duduk di kursi panggung sembari memainkan gitar, lalu mulai bernyanyi.
*The Cape of Storm*
~~The ghost ship wanders far,, For there is no guiding star,, And this treasure has no meaning anymore.. Will this be my fate?..
So where do I sail?.. A ship losing control.. My cries swallowed up, lost in the ranging sea.. So where has love gone?.. Will I ever reach it?.. The Cape of Storms echoes the pain I feel inside..~~
~~The ghost ship wanders far,, For there is no guiding star,, And this treasure has no meaning anymore.. Will this be my fate?..
So where do I sail?.. A ship losing control.. My cries swallowed up, lost in the ranging sea.. So where has love gone?.. Will I ever reach it?.. The Cape of Storms echoes the pain I feel inside..~~
Selama Hyde memainkan gitar akustik sambil bernyanyi, suara nyanyiannya terdengar sampai ke depan café membuat orang-orang yang lewat café pun berjalan sambil menoleh penasaran ke dalam melalui kaca depan café. Sehingga menyebabkan beberapa orang yang menoleh sambil berjalan menabrak tiang lampu yang berada tepat depan café(dug{@_@}\\). Setelah Hyde menyelesaikan lagu yang dimainkannya, Reinkey dan Galih pun tepuk tangan, lalu terdengar suara benda jatuh dari arah pintu café, yang tidak lain merupakan barang belanjaan pesanan Reinkey kepada Zee.
“KEREEEEENNN!!!” Teriak Zee seraya berlari mendekati panggung dengan mata berbinar layaknya melihat hewan peliharaan yang lucu, lalu memeluk Hyde dan lanjut dengan polosnya berkata kepada Reinkey, “Owner, orang ini buat Zee ya?”
“Hush...sembarangan kamu Zee. Dia itu customer.” Tukas Reinkey.
“Zee-chan..., daripada bawa dia, mendingan bawa...” Ujar Galih kepada Zee. Namun dipotong dengan cepat oleh Zee.
“Nggak mau, Zee nggak suka om-om!” Penolakan Zee langsung membuat Galih seakan ditusuk tombak tepat di jantung.
“By The Way, you’ve awesome voice sir.” Reinkey memuji Hyde sambil tepuk tangan lagi.
“Iya suaranya keren, mirip suara vokalis pada background music yang kadang-kadang diputer olehmu Owner, namanya juga sama,, HYDE...” Kata Galih kepada Reinkey.
“Oh itu lagu band yang sama dengan nama café ini yaitu VAMPS.” Jelas Reinkey mantap.
“Apa mungkin Hyde vokalis band itu?” Tanya Galih kepada Reinkey dengan ekspresi layaknya detektif Conan meng-hipotesa sebuah kasus.
“Tidak mungkin, di info yang aku dapat band VAMPS muncul pada Tahun 2008, band itu vakum pada akhir Tahun 2010 dan enggak tahu kenapa tidak muncul lagi. Informasi 200 tahun lalu sulit didapat, seakan-akan informasi tentang band itu sengaja ditiadakan. Aku saja hanya dapat beberapa lagu dari kenalan di internet dengan kata lain koleksinya tidak komplit.” Jelas Reinkey panjang lebar sambil menatap langit, namun setelah Reinkey menatap sekitar lagi, ternyata Zee sudah hampir keluar café dengan membawa Hyde bersamanya. Sedangkan Galih tidak ada di tempat duduknya karena pergi ke WC.
“Hei Zee, kalau kamu melewati pintu itu, gaji kamu bulan ini nggak bakal dibayar!” Ancam Reinkey kepada Zee yang hampir selangkah lagi keluar café dengan membawa Hyde. Lalu lanjut menunjuk Galih yang baru keluar dari WC dan memarahinya, “Galih, kamu yang nanya tapi kamu nggak denger penjelasanku sampe akhir dan malah pergi ke WC!”
“Jadi kesimpulannya Hyde tidak mungkin vokalis band VAMPS, bukan begitu?” Galih menyimpulkan dengan tenang layaknya detektif Conan yang berhasil menemukan motif pembunuhan seraya duduk di tempat duduknya lagi. Dan Zee pun mengembalikan Hyde ke kursi panggung dengan ekspresi kecewa.
“Benar, karena orang yang berumur 200 tahun lebih tidak mungkin wajahnya semuda wajah Hyde.” Tambah Reinkey.
Tak lama kemudian, Lisa datang bersama dengan 2 orang lelaki kekar berperawakan seperti preman. 2 orang preman tersebut mulai menendang-nendang kursi dan mengacau cafe.
~To Be Continue...~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar